Dalam kepekatan kuburku yang pengap dan sia-sia
Aku mengadu kepadamu, lelakiku
Aku semakin terpencil dan kalah di saat cinta dan dendamku merah tua bagai saga
Kau tahu, kekayaanku adalah gairah hidupku, bara api kemiskinan dengan kesaksian bahwa mati
bukanlah suatu keisengan mempermainkan hidup Tapi semata mempertaruhkan hak. Sedang kebenaran
dan kedoliman itu tak dapat diukur dengan jarak antara Kertosono dan Mojokerto
Atau jarak Surabaya - Sidoarjo Melainkan dapat terukur dengan jarak dekat Sebab dan akibat
Sudah berulang kali aku menjerit Agar keningku dijamah tangan-tangan keadilan
Tapi matahari tetap tak menawarkan teduh Bagi luka rohaniku yang semakin menganga
Di mulut srigala yang menyimpan seribu rahasia
Aku mengadu kepadamu lelakiku Karena cintaku tak sebatas fisik
buruh pabrik dengan setetes upah minimum Tapi cintaku padamu adalah kesemestaan
Rohani yang tumbuh jadi lumut kesumat: sampai langit runtuh mengguncang bumi aku masih cahaya dalam kegelapan waktu!
Tolong tulis pada buku harianmu, cintaku Bahwa aku mengembara. Aku masih mengembara
dari pohon ke pohon keadilan yang masih tetap batu. Masih tetap buta...!!!!
0 komentar:
Posting Komentar